Pengantar

Pendidikan berciri khas Katolik di Indonesia sudah ada sejak Indonesia belum merdeka. Keberadaan berbagai lembaga pendidikan Katolik di Indonesia tidaklah dapat dipisahkan dari perjuangan pewartaan Injil yang dilakukan oleh para misionaris yang datang ke Indonesia jauh sebelum Indonesia merdeka. Tidaklah mengherankan jika kemudian dicatat dalam sejarah bahwa umat Katolik (termasuk pendidikan Katoliknya) sebagai bagian tak terpisahkan dari Negara Kesatuan Republik Indonesia ikut secara aktif mengupayakan dan memperjuangkan Indonesia sebagai negara yang merdeka, berdaulat dan mengupayakan pembangunan sesuai dengan semangat ke-Indonesia-annya. Tokoh-tokoh Katolik, seperti Mgr. Soegijapranoto, S.J. dan Ignatius J. Kasimo adalah buah pendidikan berciri Katolik yang berhasil menanggapi tantangan jaman sesuai dengan kemampuan dan visi mereka. Sampai saat ini semangat mereka masih menjadi panutan kalangan umat Katolik di Indonesia. Salah satu ciri yang menonjol dari semangatnya ialah menjadi 100% warga negara Indonesia dan 100% orang Katolik. Pada intinya pendidikan Katolik bertujuan untuk mendidik orang supaya mampu mengembangkan kebebasan yang bertanggung jawab dalam semangat pluralisme (menghargai perbedaan agama, budaya dan suku), menanamkan kejujuran, keadilan dan solidaritas terhadap kaum lemah, menjadi manusia berjiwa sosial. Dengan demikian terbentuk manusia dewasa yang matang secara rohani dan intelektual, manusia Indonesia yang utuh, yang sanggup berinteraksi di dalam lingkungan sosial yang terus berkembang dalam kemajemukan budaya, etnis, agama dan keyakinan. Sekolah-sekolah Katolik berkembang pasang surut sesuai dengan dinamika perkembangan sosial ekonomi dan politik bangsa. Dapat dikatakan sejak memasuki masa pembangunan lima tahunan dalam Orde Baru perkembangan sekolah-sekolah Katolik berjalan lancar tanpa adanya hambatan yang tidak dapat diatasi baik dari segi dana maupun perkembangan kualitas dan kuantitasnya. Di mana-mana dapat ditemui sekolah Katolik, dari pusat ibukota Jakarta sampai pelosok-pelosok daerah. Perkembangan sekolah-sekolah Katolik tidak dapat dilepaskan dari usaha dan kerja keras umat Katolik Indonesia sendiri ditambah bantuan atau dukungan masyarakat internasional dalam berbagai bentuk dana yang pada waktu itu tidak mengalami hambatan yang cukup berarti baik dari kebijakan pemerintah ataupun berbagai pihak yang merasa kurang berkenan melihat perkembangan pendidikan berciri Katolik di Indonesia.

Seruan Solidaritas

Dalam dekade terakhir ini kita mendengar banyak sekolah Katolik di daerah-daerah ditutup karena kekurangan dana. Dengan ditutupnya sekolah-sekolah Katolik, kita kehilangan kesempatan untuk menanamkan nilai-nilai injili di dalam masyarakat, nilai-nilai untuk mengembangkan dan mendewasakan masyarakat Indonesia yang majemuk ini. Maka dari itu, menjadi tanggung jawab kita semua untuk mempertahankan sekolah-sekolah Katolik yang masih ada. Membangun solidaritas dengan memberikan bantuan finansial merupakan sebagian dari upaya membangun jaringan kemandirian pendidikan Katolik menghadapi era globalisasi, sehingga pendidikan berciri Katolik di Indonesia dapat ikut menyongsong era perubahan dunia dengan kekuatan baru, yaitu kekuatan sendiri yang saling mengisi.